Sabtu, 21 Juli 2007

Sprei Titipan Yang Memberi Inspirasi

Perjalanan kisah tetang bisnis sprei, dan bed cover ini berawal saat teman istri tercinta saya menitipkan sprei kepadanya. Tanpa modal, yang penting dijual aja dengan sistem kredit. Kemudian cara bayar ke teman tersebut juga sistem cicilan. Jadi oleh konsumen dicicil ke istri saya, istri saya juga mencicil ke teman tadi. Teman tadi tidak memproduksi sendiri sprei tetapi mengambil barang dari orang lain. Aktivitas ini waktunya hampir berbarengan dengan keinginan saya yang begitu kuat untuk bisa mengusai program CorelDraw.

Hasilnya lumayan juga, sebulan bisa menjual 4--6 sprei. Semuanya dengan sistem kredit. Tetapi kami mencoba juga untuk mencari tahu sumber-sumber produksi sprei di Surabaya dan kota-kota lain di Jawa Timur. Saya dan istri mulai senang mengunjungi pameran-pameran ukm, dagang, dsb. Untuk mencari informasi produk sprei dan produk lain yang mungkin cocok untuk kami jalankan.

Dari hasil mengunjungi berbagai pameran akhirnya kami mulai tahu sumber-sumber produksi garment (mukena, jilbab, sprei, bed cover, baju anak-anak-remaja, dsb). Informasi juga kami dapatkan dari saudara-saudara kami dari hasil silaturahhim dan ngobrol sana-sini.

Akhirnya berbekal uang sekitar Rp. 1.500.000,- an dari tabungan dan dari menjalankan usaha sprei dari teman istri tadi, kami bertekad untuk kulakan langsung ke penjahitnya. Sehingga harga jual ke konsumen relatif lebih murah, sedangkan kualitas tinggal konsumen yang menentukan. Apakah memilih yang kainnya halus, atau agak kasar, tergantung permintaan pembeli. Segala puji bagi Allah, usaha ini mulai menampakkan keberhasilan. Sprei yang kami kulak berjumlah sekitar 20-30an tersebut habis dalam waktu 1 bulan. Pembelian oleh konsumen menggunakan sistem kredit. Pembelinya rata-rata teman-teman istri dan tetangga. Alhamdulillah.

Karena menggunakan sistem kredit akhirnya ketika ada yang ingin membeli sprei ke kami, kami jadi kesulitan modal kulakan. Sebab uang masih berputar di sistem kredit tersebut. Waduh...... jadi bingung juga nih......, akhirnya kadang kami menggunakan uang dari hasil order cetakan (brosur, nota, dsb) yang juga sudah berjalan.

Alhamdulillah usaha yang kami rintis sambil lalu (hingga sekarang juga masih sambil lalu) menampakkan perkembangan cukup menggembirakan. Seiring dengan waktu, saya juga sudah bisa menguasai program CorelDraw, yang saya pelajari secara otodidak. Saya belajar desain di kantor (sambil mengerjakan tugas-tugas pekerjaan desain). Kemudian saya memberanikan diri untuk membuka usaha percetakan dan advertising. Karena saat belajar itulah saya mengetahui link berbagai percetakan, digital printing, dsb. Usaha percetakan tersebut kami beri nama RHIZTARIZA. Nama ini saya singkat dari gabungan rahmat dan hidayah Allah dan kedua anak saya, tepatnya "Rahmat dan Hidayah Allah SWT-Ryan TARuna-aulia rIZky rachmaniA.

Saya mulai berusaha untuk membuat kartu nama, kop surat, nota, stempel. Promosi dari mulut ke mulut kami gencarkan. Alhamdulillah order mulai datang, meskipun masih terbatas dari saudara atau teman yang order kartu nama atau brosur satu warna. Kemudian saya juga menawarkan percetakan saya ke kantor tempat saya bekerja. Alhamdulillah disetujui oleh pimpinan. Harga yang saya berikan untuk kantor jauh lebih murah dibandingkan yang saya tawarkan ke tempat lain. Bahkan harga ke kantor juga lebih rendah dibandingkan harga cetakan pada umumnya. Selain itu order dari beberapa sekolah dan perusahaan juga mulai datang. Jadi selepas pulang kantor, atau sebelum berangkat ke kantor saya sibuk mengurusi desain dan proses cetakan. Bahkan kalau sedang ada order nota NCR (tanpa karbon) dari beberapa perusahaan, maka bisa dipastikan begadang hingga pkl. 03.00-an. Capek juga sih......, tapi demi masa depan keluarga maka kami harus terus berusaha dan mencoba.

Kemudian karena order cetakan mulai sedikit rame, maka saya mengajak istri untuk membuat pembukuan sederhana. Pembukuan masing-masing jenis usaha kami sendirikan. Untuk cetakan masuk dalam RHIZTARIZA, untuk garment-sprei-bed cover-tas unik masuk dalam CITRA PARASTI, untuk event organizer kami masukkan dalam LARRELAWU, dan yang amsih belum jalan sama sekali adalah HASTA CITRA yang insya Allah bergerak dalam bidang handycraft. Keempat usaha tersebut masih merangkak, bahkan kantornya pun belum punya. Kantornya masih di laptop yang kami beli secara kredit, sekalian untuk membuat berbagai macam desain barang-barang cetakan.

Alhamdulillah, meskipun belum memiliki kantor permanen (kantornya masih di laptop he.... he.... he....), tetapi usaha kami telah berjalan. Wong... rumah aja masih belum punya, saat ini saya masih ngontrak bahkan bisa dibilang masih nge-kos sepetak ruangan di Pagesangan daerah dekat Masjid Al-Akbar Surabaya. Usaha yang kami anggap "lancar" meskipun pengerjaannya sambil lalu, ya.... percetakan RHIZTARIZA dan garment CITRA PARASTI. Sedangkan HASTA CITRA sama sekali belum. Untuk LARRELAWU event organizer, pernah menangani pameran pendidikan di beberapa sekolah dengan mengundang berbagai perguruan tinggi Surabaya-Malang, test psikologi untuk mahasiswa, dan kami berkeinginan juga menggarap acara-acara seminar, workshop, training SDM hingga OUTBOUND bagi perusahaan. Mohon do'a restunya dan sekaligus masukan bagi langkah-langkah usaha kami.

Ke depan kami berkeinginan mengadakan seminar atau workshop bagi para member TDA Surabaya bahkan Jawa Timur. Kami berharap para founder TDA Jakarta dapat memberikan masukan dan arahan kepada langkah kami. Amin.

Untuk event organizer LARRELAWU dan HASTA CITRA akan kami posting pada har-hari yang akan datang hingga perkenalan saya dengan komunitas Tangan Di Atas (TDA), bahkan sampai saya bikin blog.

Tidak ada komentar: